Filep Wamafma Ajak Akademisi Hidupkan Optimisme Bagi Masyarakat Papua
Dalam UU Otsus Perubahan itu, sudah ada alokasi dana 10 persen dari DBH Migas untuk pemberdayaan masyarakat adat.
“Ini di level UU. Jika nanti di DOB baru dibuat Perda, bisa saja ada BLT bagi masyarakat adat. Jadi, marilah kita bangun pemikiran positif. Sekarang tinggal mengawal dan mengawasi penyaluran dan peruntukannya,” kata Filep.
“Bagaimana bisa kita langsung mengukur IPM sementara pemekaran baru saja dimulai? Apalagi bagaimana mungkin kita membayangkan creeping genocide sementara Konstitusi dan UU Otsus Perubahan tetap memberikan perlindungan pada masyarakat adat?” tegas Filep.
Seperti diketahui, istilah creeping genocide ini sebelumnya disampaikan oleh Dr. Agus Sumule, akademisi Fakultas Pertanian Unipa.
Anggota Komite I DPD RI ini kemudian mengingatkan tentang pentingnya membangun dan merawat harapan bagi orang Papua.
Filep mengatakan ketika para misionaris datang ke Papua, mereka membangun harapan. Mereka tidak mematikan harapan. Mereka menghadapi fakta sebagai tantangan yang harus dihadapi, bukan sebagai situasi kekalahan.
“Ini artinya bahwa kita tidak bisa memakai kegagalan di masa lalu sebagai patokan untuk mengukur keberhasilan di masa depan,” kata Filep.
Setiap orang ada masanya, dan setiap masa ada orangnya. Banyak putra-putri hebat Papua yang saya yakini akan mau dan mampu membangun tanahnya di DOB,” ujarnya.
Senator atau anggota DPD RI dari Provinsi Papua Barat menanggapi adanya perdebatan tentang Otsus dan pemekaran, antara lain di antara akademisi.
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News