Kementerian ESDM Mendukung Inovasi untuk Pengembangan Potensi Energi Laut
Angka itu belum termasuk potensi tidal waves, offshore wind, seawater floating solar PV, dan energi baru lainnya.
Menurut Dadan, peberdaan perbedaan temperatur di laut dapat dibangkitkan menjadi energi. Ada perbedaan tinggi gelombang bisa dipakai untuk energi.
“Ada juga arus, jadi di laut itu juga (airnya) mengalir. Di Pulau Alor itu kita bisa melihat arus laut demikian besar seperti melihat sungai. Kalau sudah ada arus, kita pasang turbin, nanti menjadi listrik. Ini yang sekarang Kementerian ESDM sedang rancang untuk kami lakukan pengembangan," ujar Dadan.
Kementerian ESDM mencatat Indonesia bagian timur memiliki potensi pengembangan energi laut, baik arus dan gelombang laut yang terbesar, mendominasi dari 17 titik energi arus laut dan 22 titik potensial energi gelombang laut di seluruh perairan Nusantara.
Potensi arus laut terbesar berada di Selat Larantuka dan Selat Pantar di Nusa Tenggara Timur (NTT), yang kini dijajaki kelaikannya untuk menjadi pembangkit listrik tenaga arus laut (PLTAL).
Selain itu, pengembangan bioenergi berbasis alga dan mikroalga juga menjadi salah satu primadona dalam penelitian bioenergi, mengingat laut Indonesia memiliki puluhan ribu spesies alga dan mikroalga yang potensial dikembangkan menjadi substitusi sawit untuk memproduksi bioenergi.
“Sekarang barangkali keekonomiannya belum bisa masuk, tetapi kan teknologi dan keekonomiannya terus berjalan, minyak bumi semakin berkurang, emisi juga makin menjadi concern sehingga kita akan bergeser kepada pemanfaatan energi yang emisinya rendah atau emisinya bebas dan juga ini berkelanjutan," ujar Dadan.
Kementerian ESDM juga menyebut kekayaan mineral laut Indonesia memiliki nilai ekonomi yang tinggi.
Kementerian ESDM mendukung inovasi untuk mengembangkan potensi energi wilayah laut di Indonesia sebagai sumber energi bagi masyarakat kepulauan.
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News