Begini Harapan Senator Filep Soal Penanganan Konflik Bersenjata di Papua
“Saya yakin bahwa TNI dan Polri punya evaluasi atau analisa sendiri tentang model-model atau bentuk-bentuk peristiwa, identifikasi kelompok yang berseberangan dan lain sebagainya, tetapi yang menjadi pertanyaan adalah kenapa peristiwa seperti ini terus terjadi dan tidak segera berakhir,” katanya.
Hal ini sangat meresahkan masyarakat, karena hidup dalam kecemasan, ketakutan hingga harus mengungsi tiap kali ada kejadian.
“Maka, saya berharap ada desain khusus tentang penanganan konflik bersenjata di Papua ini,” katanya.
Yang ketiga, Filep memandang perlunya penguatan jalan dialog yang sebelumnya telah diinisiasi dan digaungkan oleh Komnas HAM hingga disebutkan sempat adanya jeda kemanusiaan.
Dia lantas merujuk pada penyelesaian konflik di Aceh hingga lahirnya Kesepakatan Helsinki yakni berupa nota kesepahaman antara pemerintah Republik Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang ditandatangani di Hensinki, Finlandia pada 15 Agustus 2005 lalu.
Dia menyebut berdialog dengan kelompok yang berseberangan menunjukkan komitmen negara untuk menyelesaikan persoalan di Papua
Konflik di Aceh, GAM dan pemerintah bisa bertemu dan menyelesaikan persoalan dengan perjanjian Helsinki.
Akhirnya, kata dia, anggota dan pimpinan GAM Aceh hari ini menikmati pembangunan dan terlibat aktif dalam berbagai bidang baik eksekutif maupun legislatif dan mereka bersama-sama membangun negeri.
Menurut Senator Filep, kejadian kekerasan bersenjata yang terus berulang itu merupakan persoalan serius yang harus segera diselesaikan.
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News